OLEH ANDO KAZUMA, mahasiswa dari Nagoya, Jepang, mengikuti kuliah di Universitas Almuslim, melaporkan dari Peusangan, Bireuen
Nama saya Ando Kazuma, boleh panggil Ando atau Kazuma. Saya berasal dari Gifu Prefecture, Jepang. Saya kuliah di Nagoya Gakuin University (NGU), tiga jam perjalanan dari rumah saya.
Saya ke Aceh, karena ikut kuliah di Universitas Almuslim, Bireuen, dalam program pertukaran mahasiswa. Tidak terasa sudah satu semester saya kuliah di Universitas Almuslim (Umuslim). Selama di Aceh saya dibantu teman saya, Alfurqan, Muzakir, juga Bilal. Mereka mahasiswa Umuslim yang pernah belajar di NGU Jepang.
Saya belum pintar berbahasa Indonesia, tapi saya selalu berusaha belajar dan sudah bisa sedikit-sedikit bicara dalam bahasa Indonesia. Saya tertarik ikut pertukaran pelajar ke Indonesia, khususnya di Aceh, karena awalnya saya dengar pengalaman teman saya Shunichi, alumnus pertukaran mahasiswa sebelumnya di Umuslim, juga mendapat cerita tentang Aceh yang menarik dari dosen saya di Nagoya Gakuin University, Sensei Natsuko. Beliau sering ke Aceh.
Ini pengalaman pertama saya paling lama tinggal dan belajar di luar negeri. Hal cukup menantang bagi saya, karena saya harus belajar mandiri di luar negara saya dalam waktu cukup lama. Karena kendala bahasa, saya tak begitu mendalam tahu tentang budaya Aceh, tetapi saya coba beradaptasi dan belajar hal-hal baru yang tak pernah saya dapatkan di negara saya.
Saat pertama tiba di Aceh, saya terkejut melihat begitu banyak ayam berkeliaran di mana-mana. Kedua, saya terkejut melihat lembu dan kerbau berkeliaran di jalan-jalan, bahkan di jalan raya. Sampai-sampai mobil yang saya tumpangi tak bisa melewati jalan karena terhalang gerombolan lembu dan kerbau yang tidur santai di jalan raya. Seolah saya sedang melewati taman safari. Pemandangan seperti ini tak pernah saya lihat di negara saya. Kalau di Jepang hewan cuma ada di kebun binatang atau taman safari, kecuali hewan peliharan seperti anjing dan kucing.
Saya di Universitas Almuslim tinggal di Guest House Umuslim yang cukup nyaman. Kamarnya pakai AC, kondisinya pun sangat bagus.
Bicara soal kuliner, awal di Aceh, saya tidak terbiasa dengan makanan Aceh yang sangat pedas. Saat saya cicipi, membuat mulut saya terbakar rasanya. Orang Jepang tak suka pedas, tapi lama-lama saya sudah bisa makan yang pedas-pedas sedikit. Makanan favorit saya di Aceh adalah nasi goreng, mi pangsit, ikan tongkol juga saya suka.
Saya juga minum minuman yang sangat manis. Teh manis, jus manis, kopi pun manis sekali. Orang Indonesia suka sekali dengan gula ternyata. Kalau di Jepang, kami hampir tak pernah menambahkan gula pada minuman seperti teh dan kopi. Kalaupun ada, hanya sedikit saja.
Di sini begitu banyak macam buah, jarang saya temukan di Jepang. Kalaupun ada, hargnya sangat mahal. Di sini berbagai buah begitu murah, saya suka mangga, jambu, semangka, dan jeruk bali.
"susu" - Google Berita
March 11, 2020 at 09:17AM
https://ift.tt/2IBAP3t
Mahasiswa Jepang Minum Susu Ibu Hamil di Aceh - Serambi Indonesia
"susu" - Google Berita
https://ift.tt/2M1UM5W
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mahasiswa Jepang Minum Susu Ibu Hamil di Aceh - Serambi Indonesia"
Post a Comment