Search

Miris… Masih Banyak Produsen Iklankan SKM Sebagai Susu Bernutrisi - FAJAR

FAJAR.CO.ID — Peruntukan Susu Kental Manis (SKM) bukan sebagai pengganti ASI tetapi sebagai makanan tambahan atau topping. Konsumen diharapkan lebih cerdas dan bijak dengan selalu memeriksa kemasan, membaca label dan mengecek nomor izin edar atau produksi.

Sejumlah pihak meminta produsen berhenti mengiklankan SKM sebagai susu berdasarkan Perka BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Produk Pangan Olahan. Aturan itu sudah melarang visualisasi iklan SKM menampilkan anak-anak berusia di bawah lima tahun dalam bentuk apa pun.

Juga melarang produsen menggunakan visualisasi SKM setara dengan produk susu lain sebagai penambah atau pelengkap zat gizi seperti susu sapi.

“Jangan lagi iklan SKM menampilkan gambar gelas yang bisa dikonotasikan bahwa peruntukan SKM sebagai minuman tunggal, bergizi dan baik untuk pertumbuhan anak. Iklan SKM harus didudukkan pada proporsinya sebagai makanan tambahan atau topping,” tegas Arif Hidayat, Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), pada acara Sosialisasi Gerakan Aisyiyah Sehat (GRASS) dan Peluncuran Rumah Gizi Aisyiyah-YAICI di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019).

Arif menambahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah mengeluarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Produk Pangan Olahan yang merupakan revisi dari Peraturan BPOM Nomor 27 tahun 2017 tentang Pendaftaran Pangan Olahan. Peraturan baru tersebut dinilai telah melindungi kepentingan konsumen dan produsen, termasuk susu kental manis (SKM).

“Seharusnya peraturan ini dipatuhi, sehingga produsen tidak lagi mengiklankan SKM sebagai susu,” tambahnya.
Tetapi, nyatanya masih ditemui iklan SKM dengan gambar gelas, yang bisa dikonotasikan bahwa peruntukan SKM sebagai minuman tunggal. Ini menunjukkan bahwa produsen masih belum ikhlas untuk berhenti mengiklankan SKM sebagai susu.

Sementara di sisi lain, dalam benak masyarakat sendiri sudah tertanam persepsi yang kuat bahwa SKM sebagai susu. Hal ini, kata Arif, disebabkan iklan SKM sebagai susu sudah ada sejak hampir seabad silam. “Dan tertanam kuat di benak masyarakat Indonesia sebagai susu bernutrisi,” ujar Arif.

YAICI, menurut Arif, pernah melakukan survei di Kota Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Kota Batam (Kepulauan Riau), dan menemukan fakta bahwa ibu-ibu memberikan SKM pada anaknya setiap hari. Anak-anak ini meminum SKM layaknya susu bubuk, sebagai penambah gizi.

Padahal, lanjut Arif, kandungan protein dalam SKM yang diproduksi di Indonesia sangat kecil. Misalnya, protein 2,3% lebih rendah dari ketentuan BPOM 6,5 persen, dan ketentuan WHO 6,9 %.

Begitupun kandungan gula lebih tinggi yakni di atas 50%, padahal WHO mensyaratkan 20 persen. “Jadi kalau minum SKM, bukan minum susu, tapi minum gula rasa susu,” ujarnya.

Senada dengan Arif, dr Dian Indahwati SpOG, Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Barat, menegaskan masih banyak ditemui persepsi yang salah di masyarakat bahwa SKM adalah susu.

Ini sangat berbahaya karena peruntukan SKM bukan sebagai susu, tetapi hanya untuk campuran makanan. Dan, dampak dari kosumsi SKM yang berlebihan terhadap kesehatan anak sangat besar.

Dian menambahkan, SKM mengadung Karbohidrat (KH) dan gula yang jauh lebih tinggi, serta protein yang jauh lebih rendah dari susu full cream. Padahal, kebutuhan gula anak 1-3 tahun sekitar 13-25 gram. Bila anak mengonsumsi dua gelas SKM sehari, menurut Dian, akan melebihi kebutuhan gula harian.

Adapun kelebihan asupan gula tersebut akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak, sehingga bisa menyebabkan kegemukan dan obesitas pada anak. Dan dampak buruknya apabila mengonsumsi gula, natrium dan lemak lebih dari batas-batas yang disebutkan, bisa berisiko terkena penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.

Dian Indahwati menegaskan penyakit tidak menular disebabkan karena salah pola konsumsi dan gaya hidup tidak sehat. Karena itu, melalui peluncuran Rumah Gizi Aisyiyah-YAICI di Bantar Gebang, Bekasi, ini menunjukkan komitmen PP Aisyiyah untuk terus melakukan edukasi kepada jamaah Aisyiyah untuk menerapkan pola makan dan pola asuh yang baik.yang baik.

Kepada produsen SKM Dian juga meminta untuk bisa legowo berhenti mengiklankan SKM sebagai susu. Masih banyak target market konsumen SKM lainnya seperti pengusaha catering, penjual kue dan martabak, dan masih banyak lagi. (rls)

Let's block ads! (Why?)



"susu" - Google Berita
October 13, 2019 at 02:24PM
https://ift.tt/2q1PMWv

Miris… Masih Banyak Produsen Iklankan SKM Sebagai Susu Bernutrisi - FAJAR
"susu" - Google Berita
https://ift.tt/2M1UM5W

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Miris… Masih Banyak Produsen Iklankan SKM Sebagai Susu Bernutrisi - FAJAR"

Post a Comment


Powered by Blogger.